Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *

Senin, 31 Oktober 2016

Teknik Peledakan (Blasting)

Tujuan pekerjaan peledakan dalam dunia pertambangan itu sendiri yaitu memecah atau membongkar batuan padat atau material berharga atau endapan bijih yang bersifat kompak atau masive dari batuan induknya menjadi material yang cocok untuk dikerjakan dalam proses produksi berikutnya. dalam suatu operasi peledakan pada pertambangan didahului oleh pemboran yang bertujuan untuk membuat lubang tembak. Lubang tembak sendiri akan diisi oleh bahan peledak yang terlebih dahulu di isi oleh material atau pasir yang disebut Sub-drilling bertujuan agar hasil peledakan tidak terjadi toes atau tonjolan-tonojolan pada lantai tambang yang mengakibatkan alat berat sulit bergerak saat pemuatan dan pengangkutan hasil peledakan. setelah disi oleh rangkaian bahan peledak seperti TNT atau ANFO yang dilengkapi dengan nonel, maka selanjutnya diisi material penutup yangdisebut stemming berfungsi menahan tekanan keatas agar energi yang dihasilkan oleh bahan peledak tersebar kesegala arah dan menghancurkan batuan disampingnya.
Tujuan perencanaan pemboran dan peledakan pada batuan: menghasilkan batuan lepas, yang dinyatakan dalam derajat fragmentasi sesuai dengan tujuan yang akan capai.
Hasil peledakan ini sangat mempengaruhi produktivitas dan biaya operasi berikutnya.
Fragmentasi batuan dapat dikontrol dengan merubah pola pemboran atau mengatur powder faktor atau menggunakan kombinasi kedua faktor tersebut.
Hal yg perlu diperhatikan dalam peledakan yaitu Sifat-sifat batuan yang penting:
  •  Kekerasan: Tahanan dari suatu bidang permukaan halus terhadap abrasi.
  •    Kekerasan dipakai untuk mengukur sifat-sifat teknis dari material batuan.
  •  Abrasiveness: Parameter yang mempengaruhi keausan (umur) mata bor.   Abrasiveness tergantung pada komposisi batuan. Keausan mata bor sebanding dengan komposisi batuan tersebut. Kandungan kuarsa dalam batuan biasanya   dianggap sebagai petunjuk yang dapat dipercaya untuk mengukur keausan   mata bor (drill bit).
  • Tekstur: Struktur butiran dari batuan dan dapat diklasifikasikan berdasarkan sifat-sifat porositas, looseness density dan ukuran butir.  Tekstur juga  mempengaruhi kecepatan pemboran.
  • Struktur: Rekahan, patahan, bidang perlapisan schistosity dan jenis batuan, dip, strike.
  • Breaking characteristic: menggambarkan sifat batuan apabila dipukul dengan palu. Setiap jenis batuan mempunyai sifat khusus dan derajat kerusakan yang berhubungan dengan dengan tekstur, komposisi mineral dan strukturnya.
dalam kegiatan pemboran dan peledakan terdapat 2 ketahanan batuan
Rock Drillability yaitu Kecepatan penetrasi dari mata bor ke dalam batuan. Rock drillability adalah fungsi dari beberapa sifat batuan, seperti: komposisi mineral, tekstur, ukuran butiran, derajat pelapukan dan lain sebagainya.
Rock Blastability yaitu Tahanan batuan terhadap peledakan dan ini sangat dipengaruhi oleh keadaan batuan. Dalam batuan yang keras dan padat peledakan dapat dikontrol dengan baik. Sedangkan dalam batuan yang banyak celahnya sebagian energi dari bahan peledak hilang ke dalam rekahan dan peledakan susah untuk dikontrol.
Sebelum sampai pada rancang bangun peledakan, banyak hal yang harus diketahui terlebih dahulu, yaitu yang berkaitan dengan :
a. Parameter batuan.
b. Parameter bahan peledak.
c. Parameter pengisian.
d. Sasaran produksi.
e. Fragmentasi yang dikehendaki.
f.  Kondisi lapangan (curah hujan, bangunan sekitar, kebisingan, dll).
Suatu operasi peledakan batuan akan mencapai hasil optimal apabila perlengkapan dan peralatan yang dipakai sesuai dengan metode peledakan yang diterapkan.
Perlengkapan peledakan (blasting supplies / blasting accessories) adalah semua bahan atau kelengkapan yang dapat digunakan hanya untuk satu kali peledakan saja. Contohnya adalah sumbu api, detonator, sumbu ledak, dan sebagainya.
Peralatan peledakan (blasting equipment) adalah alat-alat yang dapat digunakan berulang kali dalam proses peledakan. Contohnya adalah blasting machine, dan sebagainya.
BAHAN PELEDAK
Bahan peledak (handak) “adalah suatu bahan kimia yang berupa senyawa tunggal atau campurannya yang berbentuk padat atau cair, yang apabila dikenai suatu aksi panas, benturan, gesekan atau ledakan awal dapat bereaksi dengan kecepatan tinggi dan akan berubah menjadi bahan-bahan yang lebih stabil yang sebagian atau seluruhnya berbentuk gas dan disertai dengan panas dan tekanan yang sangat tinggi.”
Secara garis besarnya, jenis bahan peledak diklasifikasikan menjadi 3 bagian, yaitu :
Bahan peledak mekanis (mechanical explosives).
Bahan peledak kimia (chemical explosives).
Bahan peledak nuklir (nuclear explosives).
Berdasarkan lapangan penggunaannya, bahan peledak dibagi atas :
Bahan peledak militer (untuk kepentingan militer).
Bahan peledak komersil / industri (untuk keperluan pekerjaan sipil, tambang, dll), umumnya dari bahan peledak kimia.
Berdasarkan kecepatan reaksinya, bahan peledak dibagi 2 jenis, yaitu:
-Bahan peledak kuat (high explosives).
-Bahan peledak lemah (low explosives).
1. Bahan peledak mekanis yaitu Senyawa dalam bahan peledak mekanis akan segera bereaksi dan berubah menjadi gas akibat suatu elemen panas yang dimasukkan ke dalam bahan peledak tersebut. Contohnya adalah cardox, yaitu bahan peledak yang terdiri dari suatu tabung dengan penutup yang mudah retak yang berisi CO2 cair.
2. Bahan peledak kimia Berdasarkan kecepatan reaksinya bahan peledak ini dibagi dua, yaitu:
Bahan peledak kuat. Bahan peledak ini memiliki kecepatan reaksi sangat tinggi, yaitu 5.000 – 24.000 fps     (1-6 mil perdetik). Tekanan yang dihasilkan juga sangat tinggi 50.000 – 4.000.000 psi. Sifat reaksinya adalah detonasi, yaitu penyebaran gelombang kejut (shock wave). Bahan peledak kuat ini dibagi 2 macam lagi, yaitu:
– “primary explosives”, yaitu bahan peledak yang mudah meledak bila terkena api, benturan, atau gesekan, misalnya PbN6, Hg(ONC)2, yaitu untuk bahan isi detonator.
– “secondary explosives” , yaitu bahan peledak yang hanya akan meledak apabila ada ledakan yang mendahuluinya, misalnya ledakan dari sebuah detonator atau primer. Contohnya adalah TNT (Tri Nitro Toluene) dan PETN.
Bahan peledak lemah. Bahan peledak ini (low explosives) memiliki kecepatan reaksi rendah (<5.000 fps). Tekanan yang dihasilkan <50.000 psi. Umumnya dipakai di tambang batubara.
3. Bahan peledak nuklir. Bahan peledak nuklir umumnya terbuat dari plutonium, uranium 235, atau bahan-bahan sejenis yang mempunyai sifat atom aktif.
METODE PELEDAKAN:
  •  Peledakan cara non-listrik
  •  Peledakan cara listrik
Peledakan cara non-listrik terdiri dari:
–           Sumbu api (Safety fuse)
–           Sumbu ledak (detonating fuse)
–           Nonel
Nonel adalah Tube plastik yang mempunyai diameter luar 3 mm, di dalamnya berisi suatu bahan reaktif yang dapat menjalankan gelombang kejut (shock wave) dengan kecepatan ca. 2000 meter (2 kilometer) per detik.
Shock wave mempunyai energi yang dapat meledakkan “primary explosive” atau delay element dalam detonator.
Macam-macam jenis nonel detonator:
–           Nonel standard
–           Nonel GT-HD dan Nonel Unidet-HD
–           Nonel GT-OD dan Nonel Unidet-OD
–           Nonel GT-HT dan Nonel Unidet HT
Macam-macam perlengkapan Nonel:
–           Nonel UB 0 connector, bekerja sebagai relay; gelombang  kejut yang diterima dari nonel tube diperkuat dan didistribu-sikan ke sejumlah nonel tube penerima.
–           Nonel starter sama dengan UB 0, tersedia dalam 50 atau  100 m coil/reel (gulungan).
–           Nonel bunch connector dipakai kebanyakan dalam terowongan
–           Multiclip adalah penyambung plastik yg dipakai untuk menyambung nonel tube dengan sumbu ledak.
Geometri peledakan adalah jarak lubang tembak yang di buat pada saat sebuah area pertambangan akan di ledakkan.
Geometri Peledakan
¨      Burden (B)
¨      Diameter lubang tembak( Æ )
¨      Tinggi jenjang (L)
¨      Kedalaman lubang tembak (H)
¨      Subdrilling (J)
¨      Stemming (T)
¨      Spacing (S)
PELEDAKAN CARA LISTRIK:
Tiga elemen dasar rangkaian peledakan:
–           Detonator listrik (electric detonator)
–           Kawat rangkaian (circuit wiring), terdiri dari:
  •   Leg wire
  •   Connecting wire
  •   Firing line
  •   Buswire
–  Sumber tenaga (power source): Blasting machine dan  AC-power line.
Kawat rangkaian (circuit wiring), terdiri dari:
– Legwire: Dua kawat yang menjadi satu dengan detonator listrik, yang salah satu ujungnya dihubungkan dengan bridge wire yang terdapat dalam detonator. Isolasi legwire pada ujung yang lain terkupas dan kedua kawat diikatkan satu terhadap yang lain atau dilindungi plastik shunt. Panjangnya bervariasi tergantung kebutuhan.
–             Connecting wire: Kawat yang mempunyai isolasi, dipakai untuk meng-hubungkan “legwire” dengan “firing line”. Connecting  wire terdiri dari kawat tunggal (solid wire) tembaga dengan isolasi yang tahan terhadap air yaitu 20 AWG atau yang lebih besar.
–           Firing line: Kawat yang dipergunakan untuk menghubungkan sumber tenaga listrik dengan rangkaian detonator yaitu 14 AWG atau yang lebih besar.
–           Buswire: Kawat perpanjangan dari firing line dimana masing-masing detonator (paralel circuit) atau masing-masing detonator dalam seri  (paralel series circuit) dihubungkan. Buswire memiliki ukuran (gauge) yang sama dengan semua  firing line.
Jenis detonator
–          Instantaneous detonator
–          Delay detonator
Kelas Detonator
–          Instantaneous detonator
–          Milli-second detonator
–          Half-second detonator
Milli-second Di dalamnya terdapat milli second delay element, berfungsi untuk menunda detonasi sesuai dengan waktu yang telah ditentukan. Waktu tunda (delay interval) antara setiap inter-val seri tidak boleh melibihi  100 ms (0.1 detik).
Half yaitu Di dalamnya terdapat half second delay element. Waktu tunda (delay interval) adalah 500 ms (0.5 detik).
Beberapa istilah dalam Peledakan Tambang
Ledakan (explosive) Ekspansi seketika yang cepat dari gas menjadi bervolume lebih besar dari sebelumnya diiringi suara keras dan efek mekanis yang merusak.
Contoh:
  • Ø Tangki bertekanan meledak
  • Ø Balon karet meletus
Kriteria:
  • Tidak melibatkan reaksi kimia
  • Transfer energi ke gerakan massa (efek mekanis)
  • Disertai panas dan bunyi
Deflagrasi Adalah proses kimia eksotermis di mana transmisi dari reaksi dekomposisi  didasarkan pada konduktivitas termal (heat/thermal conductivity)
Merupakan fenomena reaksi permukaan di mana reaksinya meningkat menjadi peledakan dengan kecepatan rendah, yaitu antara 300-1000 m/s, atau lebih rendah dari kecep suara (subsonic)
Deflagrasi terjadi pada reaksi peledakan LOW EXPLOSIVE (black powder):
– Potassium nitrat + charcoal + sulfur
20NaNO3 + 30C + 10S  ®  6Na2CO3 + Na2SO4+ 3Na2S +14CO2 +10CO + 10N2
– Sodium nitrat + charcoal + sulfur
20KNO3 + 30C + 10S  ® 6K2CO3 + K2SO4+ 3K2S +14CO2 +10CO + 10N2
Detonasi Adalah proses kimia-fisika yang mempunyai kecepatan reaksi sangat tinggi, sehingga menghasilkan gas dan temperature sangat besar yang semuanya membangun ekspansi gaya yang sangat besar pula. Kecepatan reaksi yang sangat cepat dan diawali dengan panas tersebut menghasilkan gelombang tekanan kejut (shock compression wave) dan membebaskan energi dengan mempertahankan shock wave serta berakhir dengan ekspansi hasil reaksinya.
Contoh:
TNT meledak  : C7H5N3O6  ® 1,75 CO2 + 2,5 H2O + 1,5 N2 + 5,25 C
ANFO meledak          : 3 NH4NO3 + CH2 ®  CO2 + 7 H2O + 3 N2
NG meledak    : C3H5N3O9 ® 3 CO2 + 2,5 H2O + 1,5 N2 + 0,25 O2
NG + AN meledak     : 2 C3H5N3O9 + NH4NO3 ® 6 CO2 + 7 H2O + 4 N4 + O2
Kriteria:
– Melibatkan reaksi kimia
– Oksigen utk reaksi terdapat dalam bahan itu sendiri (tanpa oksigen dari udara)
– Handak dapat digunakan dalam lubang ledak
– Reaksi ledakan tidak dapat dipadamkan
– Reaksi sangat cepat (> Kecepatan suara » supersonic); contoh VoDANFO = 4500 m/s
Shock compression: mempunyai daya dorong sangat tinggi, merobek retakan yang sudah ada sebelumnya
Shock wave: bahaya symphatetic detonation, menentukan safety distance
– Ada ledakan (gerakan massa, bunyi dan panas)
Bahan dan Komposisi Bahan Peledak Kimia
Hampir semua bahan peledak komersial adalah campuran dari senyawa-senyawa yang mengandung 4 unsur dasar, yaitu karbon, hidrogen, oksigen, dan nitrogen. Ke dalam senyawa dasar ditambahkan unsur-unsur seperti sodium (Na), aluminium (Al), kalsium (Ca), dan sebagainya, yang dimaksudkan untuk memperoleh efek tertentu, misalnya untuk menambah tenaga peledakan.
Suatu bahan peledak tidak harus selalu mengandung senyawa-senyawa eksplosive seperti nitrogliserin, nitrostarch, TNT, dan lain-lain, tetapi yang paling penting adalah apakah sifat masing-masing bahan itu cocok untuk suatu campuran.
kesimpulan bahwa dalam setiap proses peledakan dalam tambang, paramater yang harus diperhatikan yaitu
  1.  kelengkapan alat, perlengkapan peledakan (ANFO, PTEN, Detonator, Nonel dan lain)
  2. sifat-sifat batuan yang akan di ledakkan (kekerasan, stuktur, rekahan, tekstur, dan lain-lain)
  3. yang tepenting ialah keamanan dan keselamatan para pekerja disekitar area peledakan

PROSES PEMBENTUKAN EMAS

Emas adalah unsur kimia dalam tabel periodik yang memiliki simbol au (bahasa latin: 'aurum') dan nomor atom 79. Sebuah logam transisi (trivalen dan univalen) yang lembek, mengkilap, kuning, berat, "malleable", dan "ductile". Emas tidak bereaksi dengan zat kimia lainnya tapi terserang oleh klorin, fluorin dan aqua regia. Logam ini banyak terdapat di nugget emas atau serbuk di bebatuan dan di deposit alluvial dan salah satu logam coinage. Kode isonya adalah xau. Emas melebur dalam bentuk cair pada suhu sekitar 1000 derajat celcius.
 
Emas merupakan logam yang bersifat lunak dan mudah ditempa, kekerasannya berkisar antara 2,5 – 3 (skala mohs), serta berat jenisnya tergantung pada jenis dan kandungan logam lain yang berpadu dengannya. Mineral pembawa emas biasanya berasosiasi dengan mineral ikutan (gangue minerals). Mineral ikutan tersebut umumnya kuarsa, karbonat, turmalin, flourpar, dan sejumlah kecil mineral non logam. Mineral pembawa emas juga berasosiasi dengan endapan sulfida yang telah teroksidasi. Mineral pembawa emas terdiri dari emas nativ, elektrum, emas telurida, sejumlah paduan dan senyawa emas dengan unsur-unsur belerang, antimon, dan selenium. Elektrum sebenarnya jenis lain dari emas nativ, hanya kandungan perak di dalamnya >20%.

Bagamana proses terbentuknya emas
Emas terbentuk dari proses magmatisme atau pengkonsentrasian di permukaan. Beberapa endapan terbentuk karena proses metasomatisme kontak dan larutan hidrotermal, sedangkan pengkonsentrasian secara mekanis menghasilkan endapan letakan (placer). Genesa emas dikatagorikan menjadi dua yaitu:

* endapan primer
* endapan plaser.
 
Kegunaan emas
 
Emas digunakan sebagai standar keuangan di banyak negara dan juga digunakan sebagai perhiasan, dan elektronik. Penggunaan emas dalam bidang moneter dan keuangan berdasarkan nilai moneter absolut dari emas itu sendiri terhadap berbagai mata uang di seluruh dunia, meskipun secara resmi di bursa komoditas dunia, harga emas dicantumkan dalam mata uang dolar amerika. Bentuk penggunaan emas dalam bidang moneter lazimnya berupa bulion atau batangan emas dalam berbagai satuan berat gram sampai kilogram.
Emas juga diperdagangkan dalam bentuk koin emas, seperti krugerrand yang diproduksi oleh south african mint company dalam berbagai satuan berat. Satuan berat krugerrand yang umum ditemui adalah 1/10 oz (ounce), 1/4 oz, 1/2 oz dan 1 oz. Harga koin krugerrand didasarkan pada pergerakan harga emas di pasar komoditas dunia yang bergerak terus sepanjang masa perdagangan. Koin krugerrand khusus (atau biasa disebut proof collector edition) juga diproduksi secara terbatas sesuai dengan tema tertentu. Karena diproduksi terbatas, sering kali harga koin krugerrand edisi proof ini melebihi harga kandungan emas koin tersebut tergantung pada kelangkaan dan kondisi koin khusus ini. Edisi yang cukup digemari dan dicari para investor adalah edisi yang memuat gambar nelson mandela.

Terdapat beberapa negara yang memproduksi secara massal koin emas untuk ditawarkan sebagai alternatif investasi, antara lain:

1. Australia - kangaroo
2. China - panda
3. Malaysia - kijang emas
4. Canada - maple leaf
5. Inggris - britannia
6. Amerika serikat - eagle dan buffalo
7. Afrika selatan - krugerrand
8. New zealand - kiwi
9. Singapore - lion
10. Austria - philharmonic

Cara memisahkannya Emas Murni dari pertambangan (ekstraksi), jenisnya ada dua:
Ekstraksi emas
Amalgamasi adalah proses penyelaputan partikel emas oleh air raksa dan membentuk amalgam (au – hg). Amalgam masih merupakan proses ekstraksi emas yang paling sederhana dan murah, akan tetapi proses efektif untuk bijih emas yang berkadar tinggi dan mempunyai ukuran butir kasar (> 74 mikron) dan dalam membentuk emas murni yang bebas (free native gold).
Proses amalgamasi merupakan proses kimia fisika, apabila amalgamnya dipanaskan, maka akan terurai menjadi elemen-elemen yaitu air raksa dan bullion emas. Amalgam dapat terurai dengan pemanasan di dalam sebuah retort, air raksanya akan menguap dan dapat diperoleh kembali dari kondensasi uap air raksa tersebut. Sementara au-ag tetap tertinggal di dalam retort sebagai logam
 
Proses sianidasi terdiri dari dua tahap penting, yaitu proses pelarutan dan proses pemisahan emas dari larutannya. Pelarut yang biasa digunakan dalam proses cyanidasi adalah nacn, kcn, ca(cn)2, atau campuran ketiganya. Pelarut yang paling sering digunakan adalah nacn, karena mampu melarutkan emas lebih baik dari pelarut lainnya. Secara umum reaksi pelarutan au dan ag adalah sebagai berikut:

4au + 8cn- + o2 + 2 h2o = 4au(cn)2- + 4oh-
4ag + 8cn- + o2 + 2 h2o = 4ag(cn)2- + 4oh-

pada tahap kedua yakni pemisahan logam emas dari larutannya dilakukan dengan pengendapan dengan menggunakan serbuk zn (zinc precipitation). Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut:

2 zn + 2 naau(cn)2 + 4 nacn +2 h2o = 2 au + 2 naoh + 2 na2zn(cn)4 + h2
2 zn + 2 naag(cn)2 + 4 nacn +2 h2o = 2 ag + 2 naoh + 2 na2zn(cn)4 + h2

Penggunaan serbuk zn merupakan salah satu cara yang efektif untuk larutan yang mengandung konsentrasi emas kecil. Serbuk zn yang ditambahkan kedalam larutan akan mengendapkan logam emas dan perak. Prinsip pengendapan ini mendasarkan deret clenel, yang disusun berdasarkan perbedaan urutan aktivitas elektro kimia dari logam-logam dalam larutan cyanide, yaitu mg, al, zn, cu, au, ag, hg, pb, fe, pt. Setiap logam yang berada disebelah kiri dari ikatan kompleks sianidanya dapat mengendapkan logam yang digantikannya. Jadi sebenarnya tidak hanya zn yang dapat mendesak au dan ag, tetapi cu maupun al dapat juga dipakai, tetapi karena harganya lebih mahal maka lebih baik menggunakan zn. Proses pengambilan emas-perak dari larutan kaya dengan menggunakan serbuk zn ini disebut “proses merill crowe”.

dibawah ini adalah teknik pengolahan emas dengan berbagai cara
 
Dengan cara sianida

cara kerja
1. Bahan berupa batuan dihaluskan dengan menggunakan alat grinding sehingga
menjadi tepung (mesh + 200).
2. Bahan di masukkan ke dalam tangki bahan, kemudian tambahkan h2o (2/3 dari
bahan).
3. Tambahkan tohor (kapur) hingga ph mencapai 10,2 – 10,5 dan kemudian
tambahkan nitrate (pbno3) 0,05 %.
4. Tambahkan sianid 0.3 % sambil di aduk hingga (t = 48/72h) sambil di jaga ph
larutan (10 – 11) dengan (t = 85 derajat).
5. Kemudian saring, lalu filtrat di tambahkan karbon (4/1 bagian) dan di aduk hingga (t= 48h), kemudian di saring.
6. Karbon dikeringkan lalu di bakar, hingga menjadi bullion atau gunakan. (metode 1)
7. Metode merill crow (dengan penambahan zink anode / zink dass), saring lalu
dimurnikan / dibakar hingga menjadi bullion. (metode 2)
8. Karbon di hilangkan dari kandungan lain dengan asam (3 / 5 %), selama (t =30/45m), kemudian di bilas dengan h2o selama (t = 2j) pada (t = 80 – 90 derajat).
9. Lakukan proses pretreatment dengan menggunakan larutan sianid 3 % dan soda
(naoh) 3 % selama (t =15 – 20m) pada (t = 90 – 100o).
10. Lakukan proses recycle elution dengan menggunakan larutan sianid 3 % dan soda
3 % selama (t = 2.5 j) pada (t = 110 – 120 derajat).
11. Lakukan proses water elution dengan menggunakan larutan h2o pada (t = 110 –
120o) selama (t = 1.45j).
12. Lakukan proses cooling.
13. Saring kemudian lakukan proses elektrowining dengan (v = 3) dan (a = 50) selama
(t = 3.5j). (metode 3)

proses pemurnian (dari bullion) dapat dilakukan dengan beberapa metode, yaitu:

1. metode cepat
secara hidrometallurgy yaitu dengan dilarutkan dalam larutan hno3 kemudian tambahkan garam dapur untuk mengendapkan perak sedangkan emasnya tidak larut dalam larutan hno3 selanjutnya saring aja dan dibakar.

2. metode lambat
secara hidrometallurgy plus electrometallurgy yaitu dengan menggunakan larutan h2so4 dan masukkan plat tembaga dalam larutan kemudian masukkan bullion ke dalam larutan tersebut, maka akan terjadi proses hidrolisis dimana perak akan larut dan menempel pada plat tembaga (menempel tidak begitu keras/mudah lepas) sedangkan emasnya tidak larut (tertinggal di dasar), lalu tinggal bakar aja masingmasing, jadi deh logam murni.
 
Proses pengolahan emas dengan sistem perendaman
 
bahan
ore/ bijih emas yang sudah dihaluskan dengan mesh + 200 = 30 ton
formula kimia
1. Nacn = 40 kg
2. H2o2 = 5 liter
3. Kostik soda/ soda api = 5 kg
4. Ag no3 =100 gram
5. Epox cl = 1 liter
6. Lead acetate = 0.25 liter (cair)/ 1 ons (serbuk)
7. Zinc dass/ zinc koil = 15 kg
8. H2o (air) = 20.000 liter

proses perendaman
• perlakuan di bak i (bak kimia)
1. Nacn dilarutkan dalam h2o (air) ukur pada ph 7
2. Tambahkan costik soda (+ 3 kg) untuk mendapatkan ph 11-12
3. Tambahkan h2o2, ag no3, epox cl diaduk hingga larut, dijaga pada ph 11-12
• perlakuan di bak ii (bak lumpur)
1.ore/ bijih emas yang sudah dihaluskan dengan mesh + 200 = 30 ton dimasukkan ke dalam bak
2.larutan kimia dari bak i disedot dengan pompa dan ditumpahkan/ dimasukkan ke bak ii untuk merendam lumpur ore selama 48 jam
3.setelah itu, air/ larutan diturunkan seluruhnya ke bak i dan diamkan selama 24 jam, dijaga pada ph 11-12. Apabila ph kurang untuk menaikkannya ditambah costic soda secukupnya
4.dipompa lagi ke bak ii, diamkan selama 2 jam lalu disirkulasi ke bak i dengan melalui bak penyadapan/ penangkapan yang diisi dengan zinc dass/ zinc koil untuk mengikat/ menangkap logam au dan ag (emas dan perak) dari larutan air kaya
5.lakukan sirkulasi larutan/ air kaya sampai zinc dass/ zinc koil hancur seperti pasir selama 5 – 10 hari
6.zinc dass/ zinc koil yang sudah hancur kemudian diangkat dan dimasukkan ke dalam wadah untuk diperas dengan kain famatex
7.untuk membersihkan hasil filtrasi dari zinc dass atau kotoran lain gunakan 200 ml h2so4 dan 3 liter air panas
8.setelah itu bakar filtrasi untuk mendapatkan bullion

LEMPUNG

Lempung atau clay merupakan material yang terdiri dari mineral kaya alumina, silika dan air. Clay bukan mineral tunggal, tetapi sejumlah mineral. Mineral lempung merupakan silikat yang berlapis; struktur kristal mineral-mineral tersebut tersusun dari lapisan tetrahedron SiO4. Di tengah tetrahedron SiO4 yang bergelang-6 biasanya terdapat ion hidroksil (OH).
Mineral lempung berukuran sangat kecil (kurang dari 2 mikron) dan merupakan partikel yang aktif asecara elektrokimiawi dan hanya dapat dilihat secara mikroskop elektron. Mineral yang membentuk lempung begitu halus sehingga sampai penemuan X-ray analisis difraksi, mineral ini tidak secara khusus dikenal. Pembesaran sangat tinggi dapat melihat mineral lempung dapat berbentuk seperti serpih, serat dan bahkan tabung hampa. Lempung dapat juga mengandung bahan lain seperti oksida besi (karat), silika dan fragmen batuan. Kotoran ini dapat mengubah karakteristik dari lempung.
Mineral lempung meliputi kaolin, haloisit (hauoysite), illit, vermikulit, bentonit dan masih banyak lagi.
Sumber utama dari mineral lempung adalah pelapukan kimiawi dari batuan yang mengandung : felspar ortoklas, felspar plagioklas dan mika (muskovit), dapat disebut sebagai silikat aluminium komples. Mineral lempung dapat terbentuk dari hampir setiap jenis batuan selama terdapat cukup banyak alkali dan tanah alkali untuk dapat membuat terjadinya reaksi kimia (dekomposisi).
Lempung digunakan terutama pembuatan tembikar, ubin lantai, keramik. membuat sanitary ware, menyerap cairan, bahan bangunan seperti batu bata, semen, dan agregat ringan. Lempung digunakan sebagai lumpur di dalam pengeboran juga digunakan dalam industri lainnya seperti "pelletizing" bijih besi selain itu digunakan pula untuk membuat berbagai jenis barang tahan terhadap panas ekstrim (refraktori).
1.     Asal Mula jadi
Lempung atau clay merupakan material yang terdiri dari mineral kaya alumina, silika dan air. Clay bukan mineral tunggal, tetapi sejumlah mineral. Ketika sebagian besar lempung basah, mereka menjadi "plastik" yang berarti mereka dapat dibentuk dan dibentuk menjadi bentuk. Ketika mereka "dipecat" (terkena suhu yang sangat tinggi), air didorong keluar menjadi sekeras batu. Akibatnya, hampir semua peradaban telah menggunakan beberapa bentuk dari lempung untuk segala sesuatu dari batu bata dengan tembikar untuk tablet untuk transaksi bisnis rekaman.
Mineral yang membentuk lempung begitu halus sehingga sampai penemuan X-ray analisis difraksi, mineral ini tidak secara khusus dikenal. Pembesaran sangat tinggi dapat melihat mineral lempung dapat berbentuk seperti serpih, serat dan bahkan tabung hampa. Lempung dapat juga mengandung bahan lain seperti oksida besi (karat), silika dan fragmen batuan. Kotoran ini dapat mengubah karakteristik dari lempung. Misalnya, oksida besi warna lempung merah. Kehadiran silika meningkatkan plastisitas lempung (yakni, membuatnya lebih mudah untuk cetakan dan bentuk ke bentuk).
Lempung dikategorikan ke dalam enam kategori dalam industri. Kategori ini ball clay, bentonit, lempung umum, api lempung, bumi penuh, dan kaolin.
2.     Latar Belakang
Mineral lempung merupakan silikat yang berlapis; struktur kristal mineral-mineral tersebut tersusun dari lapisan tetrahedron SiO4. Di tengah tetrahedron SiO4 yang bergelang-6 biasanya terdapat ion hidroksil (OH).
Mineral-mineral lempung, terutama terdiri dari silikat aluminium dan/atau besi dan magnesium. Beberapa diantaranya juga mengandung alkali atau tanah alkalin sebagai komponen dasarnya. Mineral-mineral ini terutama terdiri dari kristalin di mana atom-atom yang membentuknya tersusun dalam suatu pola geometrik tertentu (Gambar 1.). Sebagian besar mineral lempung mempunyai struktur berlapis. Beberapa diantaranya mempunyai bentuk silinder memanjang atau struktur yang berserat. Cluster adalah tumpukan satuan yang berlapis tipis atau kumpulan satuan silinder atau serat. Massa tanah biasanya mengandung campuran beberapa mineral, lempung yang diberi nama sesuai dengan mineral lempung yang Iterbanyak dengan berbagai jumlah mineral bukan lempung lainnya.

            Gambar 1. Unit dasar mineral lempung
a.      Sebuah unit oktahedron tunggal, dalam gibsit Al dikelilingi oleh 6 oksigen
b.      Struktur unit-unit oktahedron
c.       Struktur tetrahedron silika
d.      Struktur tetrahedron silika tersusun dalam sebuah jaringan heksagonal
Kaolin adalah mineral lempung paling tidak aktif yang pernah diamati. Kaolin dapat dihasilkan oleh pelapukan beberapa mineral lempung yang lebih aktif atau dapat juga terbentuk langsung dari produk sampingan pelapukan batuan.
“Keluarga” kaolin adalah haloisit (hauoysite). Mineral ini berbeda dari kaolin, karena tertumpuk secara lebih acak sehingga satu molekul air dapat masuk diantara satuan-satuan. Mineral ini juga berbeda dari kaolin disebabkan lembaran-lembaran elemennya tergulung menjadi suatu silinder. Dehidrasi akibat panas sebesar 60 sampai 70° C, dan bahkan pengeringan udara, sering dapat mengubah haloisit ini secara permanen, sehingga menjadi 2H20 atau sama sekali meniadakan molekul air dan berubah menjadi kaolin. Sifat-sifat teknis dari haloisit sangat berbeda dengan kaolin, karena pengeringan udara dapat mempengaruhi reaksi-reaksi kimia yang secara tidak langsung dapat di ukur dengan batas Atterberg. Dalam analisis diperlukan ketelitian untuk mendapatkan contoh yang realitis antara batas Atterberg dan analisis hidrometer.
Mineral lempung illit diturunkan dari muskovit (mika) dan biotit dan kadang-kadang disebut lempung mika. Mineral lempung illit, terdiri atas lapisan gibsit oktahedral yang terletak diantara dua lapisan silika tetrahedra. Hal ini menghasilkan mineral 1 : 2, dengan tambahan perbedaan dimana beberapa posisi silika akan terisi oleh atom-atom aluminium dan ion-ion potasium ikut berada di antara lapisan-lapisan untuk mengatasi kekurangan muatan. Rekatan seperti ini mengakibatkan kondisi yang kurang stabil jika dibandingkan dengan kaolin, karena itu aktivitas illit adalah lebih besar.
Vermikulit merupakan mineral lempung dalam keluarga illit yang bersifat sama, kecuali molekul air lapisan-ganda di antara lapisan-lapisannya diselangi dengan ion-ion kalsium atau magnesium, dengan substitusi oleh brusit sebagai pengganti gibsit di dalam lapisan oktahedralnya.
Lempung illit dan vermikulit serta serpih lempung banyak dipakai untuk membuat agregat berbobot ringan (kadang-kadang disebut “serpih mengembang”). Vermikulit terutama sangat mengembang apabila mengalami pemanasan yang tinggi, karena lapisan-lapisan airnya dengan cepat berubah menjadi uap sehingga mengakibatkan terjadinya pengembangan yang besar.
Sifatnya liat dan sering kali agak gembur. Disusun terutama dari mineral kaolinit (Al2O3, 2SO3, 2H2O). Kaolin berasal dari felspar dan terjadi dari proses  perapukan pada permukaan bumi atau hasil larutan hidrotermal. Proses ini disebut dengan kaolinisasi, reaksi kimianya sebagai berikut :
2KAlSi3 O8 + 2H2O + CO2                A12O3.2SiO2 + 4SiO2 + K2CO3
                         (Felspar)                                    (Kaolin)
Di dunia ini banyak terdapat bentuk mineral lempung yang masing-masing berbeda dalam susunan, struktur dan perilakunya. Semua mineral lempung tersebut memiliki butiran yang sangat halus (biasanya lebih kecil dari 2u m), itulah sebabnya mengapa tanah dengan butiran yang sangat halus < 2u dinamakan “lempung”. Pada umumnya lempung terdiri dari sebagian besar dari mineral lempung, akan tetapi mineral lain, misalnya kuarsa juga terdapat dengan butiran yang sangat halus. Karena mineral lempung memiliki butiran yang sangat halus, maka mineral ini mempunyai permukaan yang cukup besar per satuan massa.
Mineral lempung berukuran sangat kecil (kurang dari 2 m m) dan merupakan partikel yang aktif asecara elektrokimiawi dan hanya dapat dilihat secara mikroskop elektron. Walaupun berukuran kecil, mineral lempung telah dipelajari dengan cukup mendalam karena kepentingan ekonomisnya terutama dalam keramik, pengecoran logam, pemakaiannya dilapangan minyak dan dalam mekanika tanah. Mineral lempung menunjukkan karakteristik daya tarik-menarik dengan air menghasilkan plastisitas yang tidak ditunjukkan oleh material lain walaupun mungkin material itu berukuran lempung. atau lebih kecil. Sebagai contoh, kuarsa tanah yang halus tidak menunjukkan plastisitas apabila dibasahi. Perlu dicatat bahwa setiap deposit “lempung” berbutir-halus mengandung sekaligus mineral lempung dan berbagai ukuran partikel dari material-material lainya yang dianggap sebagai “pengisi” (filler).
Pertukaran ion merupakan hal yang relatif sederhana dalam struktur lempung. Dengan demikian pertukaran ion tersebut adalah aktif-kimiawi. Ini misalnya akan merupakan sebuah persoalan dalam air yang terkena pencemaran (banyak sekali ion di dalam larutan). Dalam keadaan tertentu, dapat terjadi pertumbuhan mineral lempung yang berlangsung dengan cepat (pembentukan lumpur dalam reservoar penjernih air, penyumbatan pipa-pipa drainase).
3.     Sumber
Sumber utama dari mineral lempung adalah pelapukan kimiawi dari batuan yang mengandung : felspar ortoklas, felspar plagioklas dan mika (muskovit), dapat disebut sebagai silikat aluminium komples. Mineral lempung dapat terbentuk dari hampir setiap jenis batuan selama terdapat cukup banyak alkali dan tanah alkali untuk dapat membuat terjadinya reaksi kimia (dekomposisi). Pelapukan batuan menghasilkan sejumlah besar mineral lempung dengan sifat-daya gabung (affinity) yang sama terhadap air, tetapi dalam jumlah sangat berbeda.
4.     Kegunaan
Lempung kualitas yang baik digunakan terutama di tembikar, tetapi juga ditambahkan ke lempung lain untuk meningkatkan plastisitas mereka. Lempung bola tidak biasa seperti varietas lempung lainnya. Sepertiga dari lempung bola digunakan setiap tahun digunakan untuk membuat ubin lantai dan dinding. Hal ini juga digunakan untuk membuat sanitary ware, keramik dan penggunaan lainnya.
Bentonit terbentuk dari abu vulkanik perubahan. Bentonite digunakan dalam kandang hewan peliharaan untuk menyerap cairan. Hal ini digunakan sebagai lumpur di dalam pengeboran juga digunakan dalam industri lainnya seperti "pelletizing" bijih besi.
Lempung yang umum digunakan untuk membuat bahan bangunan seperti batu bata, semen, dan agregat ringan.
Lempung api semua lempung (tidak termasuk lempung bentonit dan bola) yang digunakan untuk membuat berbagai jenis barang tahan terhadap panas ekstrim. Produk-produk ini disebut produk refraktori. Hampir semua (81%) dari lempung api yang digunakan untuk membuat produk tahan api.
Fuller bumi terdiri dari mineral palygorskite (pada satu waktu mineral ini disebut "atapulgit"). Bumi Fuller digunakan terutama sebagai bahan penyerap (74%), tetapi juga untuk pestisida dan produk pestisida yang terkait (6%).
Kaolinit merupakan lempung kaolin terdiri dari mineral. Ini merupakan unsur penting dalam produksi kertas berkualitas tinggi dan beberapa porselen tahan api.
5.     Penyebaran
Lempung yang umum di seluruh dunia. Beberapa daerah, seperti yang diharapkan, menghasilkan jumlah besar jenis tertentu dari lempung. Produsen lempung dunia adalah Amerika Serikat, Meksiko, Brasil, Inggris, Kanada, dan negara-negara lain macam. Amerika Serikat ekspor hampir setengah dari seluruh dunia produksi.
Penyebaran lokasi lempung di Indonesia meliputi daerah yang sangat luas seperti di Provinsi Bangka Belitung, Riau dan masih banyak lagi (Tabel 1.). Berbagai jenis lempung dihasilkan dari beberapa daerah tersebut.
Tabel 1. Lempung
Provinsi
Lokasi
Bangka Belitung
Belinyu, Koba, Toboali, Jebus, Sungailiat, Muntok, Kelapa, Merawang, Pangkalan Baru, Pangkal Balam, Rangkui, Bukit Intan, Koba, Payung, Sungai Selan, Lepar Pongok, Taman Sari, Dendang, Gantung, Kelapa Kampit, Manggar, Membalong, Tanjung Pandan
Riau
Bangun Jaya, Tali Kumain, Daludalu, Kepenuhan Hulu,  Rokan Timur, Tibawan, Sukadamai, Bantaian, Tanjungpadang, Tanjungmedan, Desa Siarangarang
Lampung
Wirabangun, Mekartitama, Sidang Gunung Tiga, Batu Ampar, Panaragan Kampung, Buyut, Desa Sukamarga, Way Maya, Dusun Sukajadi, Desa Lintik, Desa Lemong, Dusun Serarukuh, Desa Luas, Kp Tanjungbaru, Desa Bahu/Baru, S. Giham, Dusun Dangduanan Bambu Kuning, Pekon Sedayu, Kecamatan Semaka; Desa Banyuwangi, Desa Panjirejo
Sumut
Ilinaa, Lahewa, Hilibasi, Teterosihiram, Lelegohi, Lelehua, Simalungun
Sumsel
Batuampar, Kijang ulu, Talang Pangeran, Teluk Gelam, Bunut, Sepucuk, Gading Rejo, Sidomulyo, Muara Burnai, Tugu Agung
DI Aceh
Bakongan, Trumon, Desa Solok, Desa Sumber Mukti, Desa Mukti Jaya, Desa Singkohor, Desa Singgersing, Desa Namabuaya, Desa Danau Bungara, Desa Amaiting Jaya, Desa Lugu, Desa Dihit
Banten
Luhur Jaya, Cipay, Ciruas, Pabuaran
Papua
Desa Yeruboy,  Desa Sosmay, Desa Saukobiye
Kalimantan Barat
Belimbing, Nanga Pinoh, Nanga Ella Hilir, Nanga Sayan, Desa Jelimpo, Desa Tubang, Desa Tebedak, Desa Ambarang, Desa Engkadu, Pedataran Desa Muara Behe, Desa Sidas, Desa Anik, Desa Darit, Desa Keranji Panjang, Desa Sungai Mawang, Desa Meliau Hilir, Desa Subah, Batu Besi, Sei Jotang, Kedakas Binjai, Desa Tanjung, Desa Tanap, Desa Mobuy, Tunggul Boyok, Desa Sape, Desa Manawai, Desa Balaikarang Satu, Desa Lubuk Sabuk
Kalimantan Tengah
Seruyan, Kotawaringin Timur,
Nusa Tenggara Barat
Jereweh, Taliwang
Nusa Tenggara Timur
Desa Padiratana, Mbulur Pangadu
Papua
Sarmi, Foumes, Erewen
Papua Barat
Kampung Jagiro, Kampung Wasiri, Kampung Kalikodok, Kampung Banjar Ausoi
Maluku Utara
Falabisahaya, Modapuhi, Lala, Batu Buoy, Wailo Wabloi, Sinavati, Waleman, Botit, Waeno Waelo, Wahanga, Lai Uwin, Kilo Dua, Kotania Pantai, Taman Jaya, Alang Asaude, Kawa, Musihuwei, Sanahu
Maluku
Ds. Yaputih, Tehoru
Sulawesi Barat
Lamaru, Bonde, Segeri, Baurung, Lembang, Taludu, Seleto, Bambu, Salubatu, Taludu, Seleto, Bambu, Salubatu
Sulawesi Selatan
Karampuang, Bonto Sinala Pasir Putih, Tanaeja, Kampala, Biringere, Lamatti  Riattang, Manciri, Lebbae, Salewangeng, Leppangeng, Sampulili, Langi Bulusirua, Abumpungeng Rawamangun, Desa Terpedo Jaya,  Desa Pongkeru, Desa Puncak Indah, Desa Wonorejo,
            Sumber : Dari berbagai sumber
6.     Daftar Acuan
Undang-Undang
Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1967 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Pertambangan.
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup.
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah.
Undang-Undang Nomor  4  Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara.
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.
Peraturan Pemerintah
Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1999 tentang Analisa Mengenai Dampak Lingkungan Hidup.
Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2010 tentang Wilayah Pertambangan.
Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara.
Keputusan Presiden
Keputusan Presiden Nomor 32 Tahun 1990 tentang Pengelolaan Kawasan Lindung.
Peraturan Menteri
Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 05 Tahun 2008 tentang Tata Kerja Komisi Penilai Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup.
Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 24 Tahun 2009 tentang Panduan Penilaian Dokumen Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup.
Buku, Majalah, Peta
Bahar, N., Latif, N.A.,  2002, Kusdarto, Arifin D., Inventarisasi Dan Evaluasi Mineral Non Logam Di Kabupaten Gorontalo Dan Boalemo Provinsi Gorontalo. Direktorat Inventarisasi Sumber Daya Mineral, Bandung.
Bates, R.L., 1969, Geology of the Industrial Rocks and Minerals, Dover Pub. Inc.
Battay, M.H., 1972, Mineralogy For Student, Longman Group Ltd.
Departemen Pertambangan, 1969, Bahan Galian Indonesia.
Eneste, Pamusuk, 2009, Buku Pintar Penyuting Naskah, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Graha, D.S., 1987, Batuan dan Mineral, PT. Nova, Bandung.
……......, 1994, Bahan Galian Indonesia, Unpub.
.........., 2011, Kisi Kisi Pertambangan, Unpub.
Halim, S., Harahap, I.A.,  Sukmawan, 2005, Inventarisasi Dan Evaluasi Mineral Non Logam Kabupaten Sumbawa Barat Dan Sumbawa, Provinsi Nusa Tenggara Barat. Direktorat Inventarisasi Sumber Daya Mineral, Bandung.
Halim, A.S., Muksin, I., Bakkara, J., 2006, Inventarisasi Dan Penyelidikan Mineral Non Logam Kabupaten Sarmi, Provinsi Papua.  Pusat Sumber Daya Geologi, Bandung.
Hurlburt, C.S., 1971, Dana’s Manual of Mineralogy, Eignteenth Ed., John Wiley and Sons.
Kaelani M.S., Sutisna T., Muksin I., Kusumah T., Inventarisasi Dan Evaluasi Mineral Non Logam di Kabupaten Ogan Komering Ilir, Provinsi Sumatera Selatan Dan Kabupaten Tulang Bawang, Provinsi Lampung. Direktorat Inventarisasi Sumber Daya Mineral, Bandung.
Madjadipoera, T., 1990, Bahan Galian Industri Indonesia, Direktorat Sumberdaya Mineral.
Priyono, S.,   Labaik, G.,  Abdullah, S.,  Kusumah, T.T.,  Susilo, H., Jajah, 2005, Inventarisasi   Dan   Evaluasi   Mineral   Non   Logam Daerah  Kabupaten  Sinjai  Dan  Bone,  Provinsi   Sulawesi  Selatan. Direktorat Inventarisasi Sumber Daya Mineral, Bandung. 
Priyono, S.,  Bahar, N.,  Labaik, G.,  Mudjahar,  Arifin, D.,  Susilo H., 2006, Inventarisasi  Dan  Evaluasi  Mineral  Non  Logam Di  Daerah  Kabupaten  Buru  Dan  Kabupaten  Seram  Bagian  Barat Provinsi  Maluku Utara. Pusat Sumber Daya Geologi, Bandung. 
Priyono, S., Latif, N.A., Tandjung, S.A.W., Inventarisasi  Dan  Evaluasi  Mineral  Non  Logam  Di  Kabupaten Pangkajene  Kepulauan  Dan  Kabupaten   Barru, Provinsi  Sulawesi  Selatan. Direktorat Inventarisasi Sumber Daya Mineral, Bandung.
Raja, M., 2006, Inventarisasi Dan Evaluasi Bahan Galian Non Logam Daerah Kabupaten Nias Dan Nias Selatan. Provinsi Sumatera Utara.  Pusat Sumber Daya Geologi, Bandung.
………., 2006, Inventarisasi dan Penyelidikan Bahan Galian Non Logam di Kabupaten Raja Ampat, Provinsi Irian Jaya Barat.  Pusat Sumber Daya Geologi, Bandung.
Rusmana, E., K. Suwitodirdjo, Suharsono, 1991, Geologi Lembar Serang, Jawa, Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi.
Santosa, S., 1991, Geologi Lembar Anyer, Jawa, Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi.
Sanusi, B., 1984, Mengenal Hasil Tambang Indonesia, PT Bina Aksara, Jakarta.
Suhala, S., M. Arifin (Ed.), 1997, Bahan Galian Industri, Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Mineral.
Sukmawardany, R., Adrian, Z., Bahar, N., 2004, Inventarisasi Dan Evaluasi Mineral Non Logam Di Daerah Kabupaten Majene Dan Mamuju Provinsi Sulawesi Barat. Direktorat Inventarisasi Sumber Daya Mineral, Bandung.
Supardan, K.M., Sutandi, A., 2006, Inventarisasi Dan Evaluasi Bahan Galian Non Logam Di Kabupaten Musi Rawas Dan Musi Banyuasin, Provinsi Sumatera Selatan.  Pusat Sumber Daya Geologi, Bandung.
Supardan K.M., Sukmawan, Sutandi A., 2006, Inventarisasi Dan Evaluasi Bahan Galian Non Logam Di Kabupaten Lampung Tengah Dan Lampung Timur, Provinsi Lampung. Pusat Sumber Daya Geologi, Bandung.
Yusuf A.F., Aswan I., Halim S., Inventarisasi Dan Penyelidikan Bahan Galian Non Logam Kabupaten Katingan, Provinsi Kalimantan Tengah Direktorat Inventarisasi Sumber Daya Mineral, Bandung.
Zulfikar, Zainith, A., Sulaeman, A.S., 2005, Inventarisasi Dan Evaluasi Mineral Non Logam Kabupaten Rokan Hulu Dan Rokan Hilir, Provinsi Riau.  Direktorat Inventarisasi Sumber Daya Mineral, Bandung.
 
Internet 
http://www.mii.org
www.pikiran-rakyat.com/node/74458